BAB 8
MENGGUNAKAN KALIMAT DENGAN JELAS, LANCAR,
BERNALAR DAN WAJAR
A. Tekanan, Intonasi, Nada, Irama, dan Jeda
Dalam penggunaan kalimat secara lisan kita dituntut kejelasan dan kelancaran agar kalimat tersebut dengan cepat mudah dipahami. Untuk itu tekanan, intonasi, nada, irama, dan jeda yang telah kita pelajari pada semester ganjil sangat perlu untuk diperhatikan dan diterapkan dalam penggunaan kalimat.
.”Diam semua. Tiba-tiba meledak tawa mereka bersama-sama.
Di samping tekanan, intonasi, nada, dan irama, unsur suprasegmental yang perlu diperhatikan dalam berbicara khususnya pengucapan kalimat ialah jeda atau penghentian. Jeda berfungsi menandakan batasan kalimat. Dalam tulisan, jeda ditandai dengan spasi atau tanda baca titik (.), koma (,), garis miring (/), atau tanda pagar (#). Jeda juga dapat digunakan untuk membuat sebuah kalimat panjang menjadi dua kalimat pendek tanpa mengubah pengertian.
Contoh :
Perampokan serta pembunuhan terjadi di rumah seorang pengusaha karpet yang membuat gempar penduduk sekitarnya. Perampokan serta pembunuhan terjadi di rumah seorang pengusaha karpet. Kejadian itu membuat gempar penduduk sekitarnya. Dalam bahasa lisan, aspek yang menjadi unsur gramatikal cenderung tersirat. Faktor pendukung yang digunakan adalah pola tekanan, intonasi, nada, irama, dan jeda selain ekspresi dan gerakan. Penggunaan tekanan, intonasi, nada, irama, dan jeda yang tepat membuat kalimat yang diucapkan mudah dipahami serta terhindar dari kesalahpahaman atau salah nalar. Pengucapan kalimat dengan tekanan, intonasi, nada, dan irama serta jeda yang tepat sesuai maksud yang ingin diungkapkan membuat kalimat menjadi jelas, lancar, bernalar, dan wajar.
B. Membaca Indah
Kata-kata yang indah merupakan ciri laras bahasa sastra. Yang termasuk sastra ialah prosa, puisi, dan drama. Ketiga bentuk sastra tersebut tidak saja dapat dibaca untuk diri sendiri, tapi juga dibacakan untuk orang lain atau dipertunjukkan. Selain pementasan drama, banyak akhir-akhir ini yang mengadakan acara pembacaan puisi atau cerpen.
Di samping dibutuhkan penghayatan terhadap isi atau kandungan karya sastra, pembacaan karya sastra juga perlu memahami tokoh, watak, gaya bahasa, dan maksud setiap ucapan tokohnya dalam percakapan atau dialog.
Saat membacakan percakapan atau dialog penggunaan tekanan, intonasi, nada, irama, dan jeda harus diperhatikan. Penggunaan tekanan, intonasi, nada, irama, dan jeda yang tepat membuat pendengar dapat menikmati pembacaan karya sastra dengan memahami jalan cerita serta unsur-unsur intrinsiknya seperti tema, tokoh, watak tokoh, setting, amanah, sudut pandang, dan gaya bahasa.
Khusus karya sastra berbentuk puisi, pembacaannya harus memerhatikan unsur-unsur pembangun puisi, misalnya diksi (pilihan kata), gaya bahasa, tipografi, persajakan (rima), dan pencitraan. Di dalam puisi, tokoh biasanya tersembunyi sehingga pembaca puisi harus memahami terlebih dahulu tema puisi dan pesan yang ingin diungkapkan dalam puisi tersebut. Tema dan kandungan isi dapat ditelaah lewat judul, pilihan kata, dan simbol-simbol yang digunakan pada puisi. Pemakaian kata dalam puisi tidak sepenuhnya bermakna denotasi, tapi dapat bermakna konotasi atau kias. Kata-kata bermakna kias atau idiom serta bentuk ungkapan metaforis lainnya harus dipahami terlebih dahulu.
Pemahaman terhadap isi puisi dan kata-kata yang digunakan, mendorong seseorang untuk terampil memberikan tekanan, intonasi, nada, dan irama pada pembacaan setiap larik puisi. Demikian pula pada kata atau kelompok kata yang merupakan kesatuan arti, pembaca dituntut berhati-hati dalam memberikan jeda atau penghentian sehingga tidak mengaburkan arti.
Berikut ini, hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum membaca puisi.
1. Bacalah secara keseluruhan puisi tersebut untuk menangkap kandungan maknanya secara umum.
2. Pahami maksud dari setiap lirik.
3. Pahami suasana puisi yaitu, haru, kecewa, semangat, dan sedih.
4. Perhatikan rima persamaan bunyi.
5. Perhatikan perulangan kata yang ada bentuk repetisi.
6. Berikan tanda jeda pada kata-kata, frasa, atau klausa yang mengandung kesatuan arti.
7. Berikan aksen pada kata yang diulang.
8. Perhatikan kata-kata yang bermakna kias.Contoh penandaan aksentuasi pada puisi :
(DCD, 1959 : 13)
B. Membaca Teks Pengumuman
Teks pengumuman bersifat informatif, yakni apa yang ada dalam teks pengumuman harus diketahui oleh khalayak yang dituju. Oleh karena itu dalam membacakan pengumuman tidak boleh asal mengucapkan huruf-huruf/lafal saja yang jelas, akan tetapi harus doperhatikan: tekanan, intonasi, jeda, dan iram, serta tampak bagian-bagian yang harus diberi tekanan yang merupakan bagian penting dari isi pengumuman tersebut. Selengkapnya hal-hal yang harus diperhatikan dalam membaca teks pengumuman adalah sebagai berikut:
1. Membacakannya dengan suara yang cukup didengar para pendengar.
2. Kata pengumuman yang biasanya ditulis sentering diberikan aksen pada awal dan suku akhirnya
3. Kata atau frasa yang menjadi hal penting diberikan aksen (tekanan)
4. Perincian dibaca dengan tempo yang lebih lembut
5. Kalimat yang panjang dibaca per frasa atau klausa
6. Perhatikan tanda baca seperti tanda titik(.), koma(,), tanda titik koma(;)dsb.
7. Dalam setiap frasa atau klausa yang biasanya dijeda karena terdapat koma(,) diberi aksen menarik atau diucapkan lebih panjang.
:Contoh : PENGUMUMAN
Membaca pidato tidak jauh berbeda dengan membaca teks pengumuman. Pada dasarnya pengucapannya dinyatakan dengan jelas dan lancar.
Semoga bermanfaat....
MENGGUNAKAN KALIMAT DENGAN JELAS, LANCAR,
BERNALAR DAN WAJAR
A. Tekanan, Intonasi, Nada, Irama, dan Jeda
Dalam penggunaan kalimat secara lisan kita dituntut kejelasan dan kelancaran agar kalimat tersebut dengan cepat mudah dipahami. Untuk itu tekanan, intonasi, nada, irama, dan jeda yang telah kita pelajari pada semester ganjil sangat perlu untuk diperhatikan dan diterapkan dalam penggunaan kalimat.
.”Diam semua. Tiba-tiba meledak tawa mereka bersama-sama.
Di samping tekanan, intonasi, nada, dan irama, unsur suprasegmental yang perlu diperhatikan dalam berbicara khususnya pengucapan kalimat ialah jeda atau penghentian. Jeda berfungsi menandakan batasan kalimat. Dalam tulisan, jeda ditandai dengan spasi atau tanda baca titik (.), koma (,), garis miring (/), atau tanda pagar (#). Jeda juga dapat digunakan untuk membuat sebuah kalimat panjang menjadi dua kalimat pendek tanpa mengubah pengertian.
Contoh :
Perampokan serta pembunuhan terjadi di rumah seorang pengusaha karpet yang membuat gempar penduduk sekitarnya. Perampokan serta pembunuhan terjadi di rumah seorang pengusaha karpet. Kejadian itu membuat gempar penduduk sekitarnya. Dalam bahasa lisan, aspek yang menjadi unsur gramatikal cenderung tersirat. Faktor pendukung yang digunakan adalah pola tekanan, intonasi, nada, irama, dan jeda selain ekspresi dan gerakan. Penggunaan tekanan, intonasi, nada, irama, dan jeda yang tepat membuat kalimat yang diucapkan mudah dipahami serta terhindar dari kesalahpahaman atau salah nalar. Pengucapan kalimat dengan tekanan, intonasi, nada, dan irama serta jeda yang tepat sesuai maksud yang ingin diungkapkan membuat kalimat menjadi jelas, lancar, bernalar, dan wajar.
B. Membaca Indah
Kata-kata yang indah merupakan ciri laras bahasa sastra. Yang termasuk sastra ialah prosa, puisi, dan drama. Ketiga bentuk sastra tersebut tidak saja dapat dibaca untuk diri sendiri, tapi juga dibacakan untuk orang lain atau dipertunjukkan. Selain pementasan drama, banyak akhir-akhir ini yang mengadakan acara pembacaan puisi atau cerpen.
Di samping dibutuhkan penghayatan terhadap isi atau kandungan karya sastra, pembacaan karya sastra juga perlu memahami tokoh, watak, gaya bahasa, dan maksud setiap ucapan tokohnya dalam percakapan atau dialog.
Saat membacakan percakapan atau dialog penggunaan tekanan, intonasi, nada, irama, dan jeda harus diperhatikan. Penggunaan tekanan, intonasi, nada, irama, dan jeda yang tepat membuat pendengar dapat menikmati pembacaan karya sastra dengan memahami jalan cerita serta unsur-unsur intrinsiknya seperti tema, tokoh, watak tokoh, setting, amanah, sudut pandang, dan gaya bahasa.
Khusus karya sastra berbentuk puisi, pembacaannya harus memerhatikan unsur-unsur pembangun puisi, misalnya diksi (pilihan kata), gaya bahasa, tipografi, persajakan (rima), dan pencitraan. Di dalam puisi, tokoh biasanya tersembunyi sehingga pembaca puisi harus memahami terlebih dahulu tema puisi dan pesan yang ingin diungkapkan dalam puisi tersebut. Tema dan kandungan isi dapat ditelaah lewat judul, pilihan kata, dan simbol-simbol yang digunakan pada puisi. Pemakaian kata dalam puisi tidak sepenuhnya bermakna denotasi, tapi dapat bermakna konotasi atau kias. Kata-kata bermakna kias atau idiom serta bentuk ungkapan metaforis lainnya harus dipahami terlebih dahulu.
Pemahaman terhadap isi puisi dan kata-kata yang digunakan, mendorong seseorang untuk terampil memberikan tekanan, intonasi, nada, dan irama pada pembacaan setiap larik puisi. Demikian pula pada kata atau kelompok kata yang merupakan kesatuan arti, pembaca dituntut berhati-hati dalam memberikan jeda atau penghentian sehingga tidak mengaburkan arti.
Berikut ini, hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum membaca puisi.
1. Bacalah secara keseluruhan puisi tersebut untuk menangkap kandungan maknanya secara umum.
2. Pahami maksud dari setiap lirik.
3. Pahami suasana puisi yaitu, haru, kecewa, semangat, dan sedih.
4. Perhatikan rima persamaan bunyi.
5. Perhatikan perulangan kata yang ada bentuk repetisi.
6. Berikan tanda jeda pada kata-kata, frasa, atau klausa yang mengandung kesatuan arti.
7. Berikan aksen pada kata yang diulang.
8. Perhatikan kata-kata yang bermakna kias.Contoh penandaan aksentuasi pada puisi :
(DCD, 1959 : 13)
B. Membaca Teks Pengumuman
Teks pengumuman bersifat informatif, yakni apa yang ada dalam teks pengumuman harus diketahui oleh khalayak yang dituju. Oleh karena itu dalam membacakan pengumuman tidak boleh asal mengucapkan huruf-huruf/lafal saja yang jelas, akan tetapi harus doperhatikan: tekanan, intonasi, jeda, dan iram, serta tampak bagian-bagian yang harus diberi tekanan yang merupakan bagian penting dari isi pengumuman tersebut. Selengkapnya hal-hal yang harus diperhatikan dalam membaca teks pengumuman adalah sebagai berikut:
1. Membacakannya dengan suara yang cukup didengar para pendengar.
2. Kata pengumuman yang biasanya ditulis sentering diberikan aksen pada awal dan suku akhirnya
3. Kata atau frasa yang menjadi hal penting diberikan aksen (tekanan)
4. Perincian dibaca dengan tempo yang lebih lembut
5. Kalimat yang panjang dibaca per frasa atau klausa
6. Perhatikan tanda baca seperti tanda titik(.), koma(,), tanda titik koma(;)dsb.
7. Dalam setiap frasa atau klausa yang biasanya dijeda karena terdapat koma(,) diberi aksen menarik atau diucapkan lebih panjang.
:Contoh : PENGUMUMAN
Membaca pidato tidak jauh berbeda dengan membaca teks pengumuman. Pada dasarnya pengucapannya dinyatakan dengan jelas dan lancar.
Semoga bermanfaat....
Post a Comment